(Akhwat-Muslimah & Ikhwan-Muslimin)
Ukhtifillah,
Mungkin aku memang tak romantis tapi siapa peduli?
Karena toh kau tak mengenalku
dan memang tak perlu mengenalku.
Bagiku kau bunga, tak mampu aku samakanmu
dengan bunga terindah sekalipun.
Bagiku manusia adalah makhluk yang terindah,
tersempurna dan tertinggi.
Bagiku dirimu salah satu dari semua itu,
karenanya kau tak membutuhkan persamaan.
Ukhtifillah,
Jangan pernah biarkan aku manatapmu penuh,
karena akan membuatku mengingatmu.
Berarti memenuhi kepalaku dengan inginkanmu.
Berimbas pada tersusunnya gambarmu
dalam tiap dinding khayalku.
Membuatku inginkanmu sepenuh hati,
seluruh jiwa, sesemangat mentari.
Kasihanilah dirimu jika harus hadir
dalam khayalku yang masih penuh Lumpur.
Karena sesungguhnya dirimu terlalu suci.
Ukhtifillah,
Berdua menghabiskan waktu denganmu
bagaikan mimpi tak berujung.
Ada ingin tapi tak ada henti.
Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu,
meski ujung penutupmu pun tak berani kusentuh.
Jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku
karena sucimu kaupertaruhkan.
Mungkin kau tak peduli,
Tapi kau hanya menjadi wanita biasa di hadapanku
bila kau kalah.
Dan tak lebih dari wanita biasa.
Ukhtifillah,
Jangan pernah kautatapku penuh
Bahkan tak perlu kaulirikkan matamu untuk melihatku.
Bukan karena aku terlalu indah,
tapi karena aku seorang yang masih kotor.
Aku biasa memakai topeng keindahan pada wajah burukku,
mengenakan pakaian sutra emas.
Meniru laku para rahib,
meski hatiku lebih kotor dari Lumpur.
Kau memang suci,
tapi masih sangat mungkin kau termanipulasi.
Karena kau toh hanya manusia-hanya wanita.
Ukhtifillah,
Beri sepenuh diri pada dia sang lelaki suci
yang dengan sepenuh hati membawamu kehadapan Tuhanmu.
Untuknya dirimu ada, itu kata otakku,
terukir dalam kitab suci, tak perlu dipikir lagi.
Tunggu sang lelaki itu menjemputmu, dalam
rangkaian khitbah dan akad yang indah.
Atau kejar sang lelaki suci itu, karena itu adalah hakmu,
seperti dicontohkan ibunda Khadijah.
Jangan ada ragu, jangan ada malu,
semua terukir dalam kitab suci.
Ukhtifillah,
Bariskan harapanmu pada istikharah sepenuh hati ikhlas.
Relakan Allah pilihkan lelaki suci untukmu,
mungkin sekarang atau nanti,
bahkan mungkin tiada sampai kau mati.
Mungkin itu berarti dirimu terlalu suci
untuk semua lelaki di fana saat ini.
Mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu,
yang kau bangun dengan segala kekhusyu'an tangis do'amu.
Ukhtifillah,
Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya.
Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah.
Mungkin kebaikan itu bukan pada lelaki yang terpilih itu,
melainkan pada jalan yang kaupilih,
seperti kisah seorang wanita sudi di masa lalu
yang meminta ke-Islam-an sebagai mahar pernikahannya.
Atau mungkin kebaikan itu terletak
pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi.
Kekasih tempat kita memberi semua cinta dan menerima cinta
dalam setiap denyut nadi kita.
----
jika Allah sudah meredhainya,
petiklah bunga itu wahai kumbang sakti
moga sayap kiri itu akan membantu dirimu di atas jalan ini
Karya Asal : daffodil
Adaptasi artikel : Wanita Suci In Asih Retno
Sumber: http://www.iluvislam.com/v1/readarticle.php?article_id=2303